Sabtu, 17 Januari 2009

HMI Deklarasikan Gerakan Pemilih Cerdas

Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mendeklarasikan Gerakan Pemilih Cerdas untuk meminimalisasi jumlah golongan putih (golput) yang diperkirakan cukup tinggi oleh berbagai lembagai survei.

Menurut Ketua Umum PB HMI, Arip Musthopa, seusai deklarasi gerakan itu di Kantor PB HMI, Jalan Diponegoro, Jakarta, Minggu, ancaman tingginya angka kelompok orang yang berhak ikut pemilihan umum (pemilu), namun mengabaikannya atau golput itu tergambar dari berbagai hasil survei, sehingga membuat prihatin aktivis HMI.

Gerakan tersebut, menurut dia, ditujukan untuk menyadarkan pemilih Indonesia, agar menentukan pilihan secara rasional pada Pemilu 2009.

Adapun sasaran gerakan tersebut, menurut dia, adalah pemilih pemula berusia 17 hingga 21 tahun dan kemudian gerakan tersebut akan dilanjutkan di seluruh cabang HMI di Indonesia.

"Ini gerakan relawan, nantinya akan ada digelar di 186 cabang di seluruh Indonesia. Tujuannya ingin menyadarkan masyarakat tentang perspektif yang rasional pemilu," kata Arip kepada wartawan usai deklarasi.

Melalui gerakan tersebut, Arip Mustopha berharap para pemilih bisa memilih caleg dan partai politik yang berpihak kepada rakyat.

Karenanya setiap pemilih harus memperhatikan rekam jejak para caleg dan kompetensinya dan yang terpenting, para pemilih tidak terjebak dengan politik uang.

BENGKULU UNTUK PARIWISATA ATAU PARIWISATA UNTUK BENGKULU

Pengembangan kepariwisataan merupakan produk rekayasa penguasa untuk memenuhi berbagai kepentingan dan yang pasti meraib keuntungan. Namun perlu menjadi kajian, keuntungan untuk siapa, apa dan bagaimna…?. Akibatnya bila dilihat pada kemampuan daerah dan rakyat Bengkulu baik dalam perihal pembiayaan dan pengembangan yang menyerap cost yang besar, bahkan khususnya terhadap identitas budaya orang Bengkulu itu sendiri. Bila dilihat secara historis tujuan utama dari pengembangan kepariwisataan melalui promosinya adalah sebuah citra politik suatu daerah tujuan wisata, karena cara ini akan membuka celah pergaulan kepentingan politik penguasa saat ini. Hal kedua barulah tujuan ekonomi, artinya kebijakan yang berbentuk program tak luput dari kepentingan politis. Kebijakan pengembangan pariwisata sangat bersifat ‘top down’, karena kurang memperhatikan aspirasi local. Ini dapat dilihat dari berbagai fasilitas yang bersimbolkan globalisasi dan modernisasi yang sering bersebrangan pada keseimbangan masyarakat atau tanpa peduli dengan dampak yang di akibatkan terhadap masyarakat dan budaya yang ada.

  • Pariwisata Anugerah atau Musibah

Konsepsi pengembangan pariwisata bukan hanya secara formal program dalam memperluas dukungan masyarakat. Namun lebih kepada perumusan paradigma pengembangan pariwisata Bengkulu yang benar-benar berpihak dan bermanfaat untuk Bengkulu. Hal ini memerlukan kerjasama para elit birokrasi, akademisi dan budayawan Bengkulu. Melalui konsep ini nanti diharapkan pengembangan pariwisata Bengkulu benar-benar bertumpu pada kebudayaan Bengkulu yang dijiwai Agama Islam sebagai potensi yang dominan, dengan harapan terjalin hubungan yang saling menguntungkan. Pengembangan pariwisata di Bengkulu melalui konsep pariwisata budaya akan menjadi permasalahan tersendiri bila diterjemahkan sebagai pemanfaatan budaya untuk konsumsi pariwisata, padahal yang dianggap penting adalah mengarahkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata, melindungi masyarakat dan kebudayaan Bengkulu dari berbagai dampak negatif pariwisata.

Fenomena perubahan akan menerpa masyarkat dan kebudayaannya, persoalaan budaya, lingkungan, ketimpangan ekonomi serta dampak social budaya akan lahir dari pengembangan pariwisata, karena pengembangan pariwisata berada dibawah control kekuasaan penguasa daerah setempat untuk mengeruk manfaat ekonomi sebesar-besarnya, tanpa peduli dengan permasalahan yang akan muncul dan terkadang belum pernah ada sebelumnya di daerah tersebut. Dalam konteks ini potensi besar yang selalu dibanggakan dapat membawa anugerah atau malah musibah.

  • Obyek Pembangunan

Setiap pembangunan yang ada pasti mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit, mengeruk pendanaan daerah. Dapat diketahui saat ini pendapatan daerah terbesar di dapat dari penarikan retribusi masyarakat, apabila pemasukan diambil dari masyarakat namun pembangunan bukan diperuntukkan bagi mereka, sangat ironis dan irasional. Apalagi jika diketahui bahwa anggaran daerah tidak mampu untuk membiayai pengembangan pariwisata, sedangkan yang mesti diperhatikan bukan hanya sector ini. Bagaimana dengan sector lain yang lebih dominan di Provinsi Bengkulu, akibatnya sector lain akan terbengkalai. Tak lain pemerintah daerah mesti berhutang dan mendatangkan investor, barangkali inipun belum terlihat jelas pengaturan dan akan membebani daerah.

Kajian bagi pembangunan infrstruktur juga mesti penuh perhitungan, karena diharapkan akan mendapatkan keuntungan pemasukan, bukan malah suatu hal yang mubazir dan pembangunan yang sia-sia. Begitupula dengan biaya perawatan yang acap kali akan dianggarkan/pemborosan. Masyarakat tergolong hanya menjadi penonton pada pengembangan pariwisata saat ini, parahnya lagi dikhawatirkan mereka terus-menerus akan menjadi obyek pembangunan, bukan subyek (pelaku pembangunan).

Kegiatan pengembangan pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, Pembangunan infrastruktur misalnya sering sekali masyarakat harus tersingkirkan dari rumah mereka dan kehilangan pekerjaan yang telah lama mereka geluti, misalnya ; kasus masyarakat nelayan daerah Lombok telah diusir dari rumah mereka agar mengosongkan pantai-pantai yang indah untuk tempat-tempat hiburan. (hasil riset KOSLATA di Kalimantan)

Aktifitas pembangunan yang berlangsung terus-menerus dilokasi obyek wisata dapat menyebabkan masyarakat merasa terganggu. Masyarakat nantinya dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Masalah lain adalah yang menyangkut kegiatan pembangunan yang tampaknya cenderung mendahulukan kepentingan wisatawan dan bukannya kepentingan penduduk setempat. Hal tersebut dapat dilihat dari program-program pembangunan yang lebih banyak pada rencana membangun infrastruktur prasarana pariwisata daripada mempersiapkan masyarakat sebagai salah satu pelaku pembangunan nantinya, sehingga terlaksananya masyarakat yang sadar wisata, masyarakat yang akan tetap memelihara dan menjaga kondisi lingkungannya menjadi nyaman, bersih, aman dan ramah terhadap wisatawan Artinya akan mubazir bila pembangunan pariwisata nantinya akan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan, kesenjangan ekonomi yang mencolok, kritik, kriminalitas dan komersialisasi seni budaya.

  • Pembangunan Demokratis

Pengembangan pariwisata di Bengkulu terkesan dipaksakan dan terpaksa. Konsep pengembangan yang memadai sebaiknya melihat potensi yang dapat diterapkan berdasarkan kesinambungan, pemberdayaan masyarakat pendukungnyaa dan pelestarian budaya. Kebudayaan yang ada dimasyarakat mesti secara alami berjalan, tanpa harus direkayasa dan dibuat instan untuk suatu kebutuhan. Pemerintah hanya mengaakomodasi keinginan masyarakat melalui berbagai fasilitas pendukung. Apabila ada fasilitas, mesti dipikirkan suasana seperti apa yang diinginkan masyarkat sebagai pendukung kebudayaannya. Tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya, bukannya asal bangun. Sehinggga sering kita dapatkan bangunan yang terbengkalai karena secara fungsi tidak layak dijadikan untuk kegiatan yang sesuai dengan budaya masyarakat. Artinya pembangunan daerah semestinya muncul dari prakarsa rakyat itu sendiri dengan tetap meningkatkan kebebasan dan kemampuan masyarakat untuk memilih dengan nilai dan dasar yang diyakini. Pada akhirnya pembangunan itu harus dikembalikan pada sarana melaksanakan perintah Allah SWT, yaitu mewujudkan keselamatan dan kedamaian di dunia dan akhirat. Baldatun toyibatun warobun gophur.

Untuk mewujudkan pembangunan yang menyeluruh langsung terhadap kehidupan masyarakat, maka pembangunan ekonomi harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan terprogram. Bahwa pembangunan ekonomi yang diselenggarakan dewasa ini harus dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sistematik dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat (Siagian,2003:73)

Pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila berakibat positif pada kehidupan masyarakat seperti berkurangnya angka kemiskinan, berkurangnya angka pengangguran terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan serta hal lain yang berkaitan dengan hajat hidup masyarakat. sejalan menurut Hasibuan (dalam Supriatno,2007:3) ”Pembangunan ekonomi baru akan berjalan lancar bailamana dilakukan pembangunan fisik serta peningkatan keahlian dan keterampilan dari masyarakat serta didukung oleh pemerintahan yang stabil dan dinamis ”.

Menurut Purwadarminta tahun 1987 (dalam Murizal, 2004:18), menerangkan tentang sejahtera” istilah sejahtera merupakan suatu keadaan aman, selamat, terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran”. Kesejahteraan ekonomi merupakan suatu keadaan dimana manusia atau kelaurga berada pada suatu tata kehidupan dan penghidupan individual ataupun kehidupan bersama yang dapat dilihat dari keadaan baik secara fisik, mental maupun kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat finansial dan juga kemampuan untuk mememcahkan masalah di bidang peningkatan pendapatan.

MAMAHAMI MUNCULNYA KERUSUHAN DAN PERTIKAIAN MAHASISWA

Tulisan ini tergores karena peristiwa bentrok antar mahasiswa pada kegiatan pemira UNIB.

· Semangat bara api mahasiswa

Peristiwa bentrok antara mahasiswa yang baru sepekan ini menghiasi media massa dengan membawa tajuk pertikaian dalam kampus, masih ada lagi kasus yang sama dan mungkin saja tidak terpublikasikan. Apa yang terjadi, pelajaran apa yang dapat diperoleh

Sebuah kedudukan yang diperoleh oleh kedewasaan berfikir sekaligus bertindak yang diusung dalam ranah-ranah intelektualisme, merupakan predikat mahasiswa yang dinilai oleh masyarakat, bukan dengan premanisme. Sejatinya mahasiswa merupakan bara api yang selalu bersemangat dan penuh idealisme yang membara. Namun dalam proses aktualisasi dirinya itu dituntut pula untuk bersikap intelek. Mendahulukan berfikir sebelum bertindak tampak lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi suatu permasalahan. Mahasiswa sebagai manusia menjadi makhluk istimewa karena adanya kewajiban untuk mempertanggung jawabkan sikap dan perilakunya di hadapan khaliknya. Pikiran dan tindakan mesti berpijak pada ajaran agama dan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan begitu tidak akan lagi kita temui dahsyatnya bogem-bogem mentah yang sekedar untuk melampisakan ego-ego yang tidak bertanggung jawab.

Lembaga pendidikan merupakan institusi yang memiliki masyarakat terpelajar melalui aktivitas pendidikan, penelitian, pengabdian, dsb. Tak lain mempersiapkan kaum yang mau berfikir dan berkarya nyata untuk masyarakat nantinya. Artinya mewujudkan terbinanya insan yang akademis, insan pencipta, insan pengabdi yang bertanggung jawab akan terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah swt. Bukan mempersiapkan kaum-kaum preman, yang bisanya Cuma pake otot, berfikir ogah bertindak sah dan tidak tahu bener dan salah yang penting puas. Lagipula menurut hemat penulis efek dari pertikaian membuat waktu terbuang sia-sia, energi sia-sia, fikiran dan tenagapun tidak tepat guna.

· Produk lingkungan yang keras

Mempelajari psikologis seseorang yang melakukan tindakan kekerasan melalui tingkah laku, dalam buku psikologi umum menurut Leavitt (dalam Sobur :2003 :288) ada tiga hal yang mempengaruhi seseorang bertingkah laku ;

  1. Manusia adalah produk dari lingkungannya
  2. Manusia pada dasarnya suka mementingkan diri sendiri
  3. Manusia adalah makhluk yang dibentuk oleh kebiasaannya

Dari tiga hal diatas menunjukkan bahwa ternyata manusia bertingkah laku banyak dipengaruhi oleh sistem sosialnya atau lingkungan sekitarnya. Ini menggambarkan seseorang bisa melakukan tindak kekerasan dikarenakan lebih dominannya orang-orang disekitarnya membentuk ia untuk bertindak demikian. Selain itu seseorang memiliki kebiasaan dengan jiwa-jiwa premanisme dengan kecenderungan keinginan untuk menguasai sesuatu, selanjutnya selalu mementingkan dirinya sendiri, artinya orang ini tidak akan peduli dengan keadaan orang lain dan hanya mementingkan kelompoknya. Jadi bila lingkungan kita biasa dengan mempertunjukkan kekerasan dan pola pendidikan yang mengarah ke pembentukkan keras, maka orang yang masuk di dalam lingkungan itupun akan terpengaruh dengan lingkungan tersebut. Mari kita lihat apakah orang yang melakukan tindak kekerasan sistem social atau lingkungannya juga membentuknya seperti itu ? silahkan lihat, cari informasi tersebut dan buktikan …………?

· Mempelajari solidaritas dari makna cerita dan film

Rasullullah Muhammad SAW sendiri dalam hadisnya, “barang siapa yang membangun silaturahmi akan aku berikan rezeki, aku berikan kesehatan dan aku panjangkan umurnya”. Menggambarkan bahwasanya mencari persahabatan, membangun persaudaraan, menjalin kekeluargaan dan merekatkan solidaritas merupakan tindakan yang terpuji dan bermanfaat, sedangkan mencari permusuhan dan membuat merusak ikatan persaudaraan akan menimbulkan perpecahan, adu domba. dendam, sirik ,iri,dengki, dsb.

· Lebah dan Semut

Kehidupan lebah dan semut merupakan salah satu contoh aktivitas yang bisa kita pelajari dengan seksama dan sederhana. Coba kita lihat bagaimna semut bisa membangun rumahnya yang begitu kokoh, indah dan besarnya begitu pula dengan lebah. Lihatlah dan pelajarilah cara mereka bekerjasama, bergotong royong, berbagi peran, hebatnya lagi setiap mereka bertemu seolah-olah mereka berjabatan tangan atau malah saling mengucapkan salam. Lebahpun juga begitu ditambah lagi lebah berproses untuk mengahasilkan sesuatu yang berarti atau bermanfaaat bagi orang lain, yakni madunya.

  • Beauty and the beast

Cerita atau tontonan film dongeng beauty and the beast (tahu nggak ?, udah pernah nonton belum ? ) bisa juga menjadi pelajaran bila kita bisa menangkap makna (pesan) yang disampaikan dari cerita tersebut. Beauty merupakan sosok perempuan yang cantik, hormat dan sayang pada orang tua, suka menolong sesama dan baik hatinya. Ia bisa mengalahkan sifat-sifat jahat dari the beast bahkan menghilangkan sifat jahatnya tersebut, karena ia tahu bahwa setiap orang memiliki sifat yang baik. The beast adalah sosok yang berperawakan jahat, namun ia punya perilaku yang tidak sejelek penampilannya, ia sopan, ramah dengan emosional yang tinggi. Hanya saja ia kesepian, dikarenakan ia berwajah buruk rupa. Namun ia sadar bahwa, apalagi yang akan ia andalkan kalau tidak kebaikan hatinya dan perilakunya walaupun orang-orang banyak membencinya hanya karena melihat keburukan tampilan wajahnya.

Banyak lagi yang bisa kita pelajari dari hal tersebut, film kartun sponge bob yang menunjukkan bahwa walaupun ia sering diperlakukan tidak adil dan dibenci oleh orang-orang disekitarnya namun ia tetap ceria dan menunjukkan ketulusan dan kebaikan.

Bila kita kembali pada kasus kekerasan yang terjadi, saya teringat kembali ada sebuah film Indonesia yang berjudul Get Maried diperankan oleh Nirina Zubir,dkk. Pada bagian kerusuhan yang terjadi di film tersebut dapat kita pelajari, bahwasanya ada sebuah penyebab yang mendorong orang atau sekelompok orang untuk bertindak kekerasan, pada bagian naskah film tersebut ada kata-kata yang membuat kita untuk menyaring pesannya, yakni pemecahan masalah ala Indonesia, timbulah pertanyaaan mengapa orang bertikai ? peristiwa tersebut menunjukkan bahwa orang-orang kampung kita masih saja menyelesaikan masalah dengan adu jotos atau otot. Wajar saja, karena orang yang tergolong senang dengan kekerasan biasanya kurang menggunakan otaknya, mereka terbelakang dan kurang berpendidikan. kalo saya bilang itu sikap primitif.

Akhir tulisan ini, menggambarkan kasus pertikaian antar mahasiswa akan menunjukkan hilannya ke-maha-an seorang mahasiswa, nilai-nilai yang disandang dan parahnya lagi mencoreng nama baik lembaga pendidikan. Menurut hemat penulis mahasiswa memiliki arah perjuangan dan gerakan yang mencerahkan (aufklarung) dirinya dan orang lain bahkan lebih luas lagi melalui daya intelektualnya. Seharusnya mejadi barisan pelopor ilmiah (baca: Soedjatmoko), dengan semangat pembaharu dan solidaritasnya. Masih banyak pekerjaan rumah kaum intelektual yang belum di kerjakan, kegiatan-kegiatan yang positif untuk membangun dan memberdayakan masyarakat yang semakin hari terhimpit oleh pemiskinan sistematik. Membaca, menulis, berdiskusi, berkarya, mengabdi, kreatif, aksi dan berbasis keilmuwan inilah yang merupakan aktivitas mahasiswa yang masih harus kita tonjolkan. Bukankah mengepalkan tangan untuk sebuah kata perlawanan terhadap penindasan bukan mengepalkan tangan untuk menindas.

Meneropong wakil Rakyat dambaan rakyat

Melihat kenyataan situasi politik yang berkembang saat ini terkait pemilu 2009 banyak hal menarik menjadi perhatian masyarakat, beberapa diantaranya mengenai fenomena politisi yang “lompat pagar”, kiprah parpol yang dinilai lebih pragmatis dan oportunis, nepotisme parpol, politisi selebriti dsb. Namun apapun bentuk fenomena politik tersebut dapat dipolarisasikan masyarakat yang menilai situasi yang berkembang tersebut pesimis dan optimis yang melihat demokrasi yang bersemai dan bergulir merupakan demokrasi prosedural daripada demokrasi subtansial dan tentu memiliki argumenya masing-masing.

Dalam mengenali para calon legislatif yang akan berperang di arena pemilu 2009 terlihat jelas banyak para calon-calon menghilangkan nilai-nilai proses kaderisasi dalam memantapkan dan menguatkan consept, kredibel, kompatibel kualitas diri yang berdasar nurani kepemimpinan yang ditauladani. Figur-figur yang ada terkesan tidak mengukur diri, tidak sabar, tidak menghargai proses, mau serba cepat, cepat kaya, cepat sukses dengan mengabaikan modal sosial, malah sebaliknya bermodal materi yang diandalkan. Hal inilah yang mengabaikan nilai-nilai yang telah ada di masyarakat. Wabah fenomena calon wakil rakyat ini berimplikasi nantinya pada apa yang harus dilakukan setelah menjadi legislatif, ujung-ujungnya berjuang untuk kepentingan kelompok.

Saat ini yang menjadi pelajaran dalam mengukur figur-figur wakil rakyat dapat dilihat dari pendekatan institusi dan kinerja. Gilbert Abcarian menyatakan “ setiap rezim berhak membuat kebijakan apapun atas nama negara, tetapi satu hal tidak boleh menghilangkan kepercayaan rakyat “. Bahkan hal ini dimaksudkan utuk menyatakan bahwa “ mulai hari ini tidak boleh ada lagi rakyat yang tidak bisa tidur karena ketakutan dan kelaparan karena rakyat adalah satu-satunya pemilik kedaulatan. Kesemuanya itu mesti berujung pada kepentingan rakyat, political representasion, good governance, good asset dan good goverment. Kita perlu mengubah wajah demokrasi yang dikenal “ dari deal, deal and deal”. Jangan pula kita terjebak pada polical market namun lebih kepada secara karakteristik (rekam jejak) dalam memilih pemimpin.

Walau bagaimanapun fenomena politik yang berkembang menyongsong pemilu 2009 jalan terbaik adalah tetap optimis. Undang-undang politik 2008 merupakan Das sollen dari partai politik, pasal 9 (1) asas partai poltik tidak bertentangan dengan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, pasal 10 (1). Partai politik memiliki tanggung jawab dalam suksesi politik dalam hal ini memilih dan mendudukkan wakil-wakil rakyat di DPR/ DPRD. Parpol selaku “mesin politik” (infrastruktur politik ) yang memiliki peran serta fungsi baik perekrutan calon politisi, melakukan pendidikan politik agar masyarakat melek politik, aksistensi visi misi parpol serta tanggung jawab penuh terhadap eksistensi bangsa guna mencapai kehidupan bangsa yang sejahtera.

Kenyataan ini tentu mengecewakan masyarakat, aksi politisi yang “lompat pagar”, parpol yang lebih pragmatis dan oportunis. Kaderisasi partai yang kuat seharusnya memiliki calon-calon yang handal dan dapat dipertanggung jawabkan untuk dihantar ke parlemen. Namun sangat disayangkan kaderisasi parpol tidak terbentuk dengan baik. Perekrutan calon politisi dari kalangan bukan dari proses kaderisasi parpol, misal selebritis memang bukanlah hal yang buruk. Tapi jika perekrutannya (dipinang oleh partai) menjelang penyelenggaraan pemilu jelas hasilnya politisi instan (setengah matang). Mungkin banyak orang tidak sependapat dengan hal ini karena setiap orang punya hak politik, sikap dan perilaku bisa dipelajari. Namun yang perlu dipertanyakan apakah calon politisi instan betul-betul mengerti dan memahami visi misi partai serta sanggup mengartikulasi berbagai kepentingan secara bijak bila sudah duduk di parlemen, mewujudkan cita-cita partai dan cita-cita bangsa?.

Sjamsoe’oed Sadjad, seorang Guru Besar Emeritus IPB mengistilahkan tentang “calon politisi ibarat benih”. Benih yang baik merupakan benih pilihan, dirawat dengan baik bahkan dipantau perkembangan secara jujur, dipersiapkan dengan penuh tanggung jawab serta dengan pengawasan pihak-pihak yang kompeten. Sebaliknya benih politik yang dipersiapkan untuk mengejar popularitas berorientasi kekuasaan, berobral janji dan bisa berpindah-pindah partai. Benih politik yang seperti ini tumbuh dan berkembang tidak ada pengawasan dan tidak ada pihak yang bertanggung jawab penuh. Singkatnya tak ada tanggung jawab, sangat disayangkan. Kehidupan politik dan pelaku-pelaku politik diharapkan dapat berkarya dengan hasil karya yang optimal berorientasi ke masa depan tidak untuk sebatas kepentingan sesaat dengan semangat primordial yang sempit. Oleh karena itu dibutuhkan langkah- langkah strategis untuk mengambil peranan dalam berbagai aspek pencapaian rasonalisasi vote. Artinya setiap elemen masyarakat memang sudah selayaknya mengejar langkah-langkah pencerdasan para pemilih, untuk dapat obyektif dan rasional memilih para calon-calon wakil mereka yang memang benar-benar sesuai dengan dambaan mereka. Hal inipun dapat dikenali dan ditemuan dari proses menggali jejak para calon wakil rakyat, jangan terjebak pada keuntungan sesaat, memantau dan mengevaluasi proses berjalannya setiap perangkat demokrasi, dan sadar dalam rasionalitas memilih sebagai warga negara. Pada akhirnya para calon wakil rakyat pada akhirnya akan kita pertanyakan, sanggupkah mereka memulai mewujudkan visi parpolnya dan memposisikan diri lalu berperan layaknya “ wakil umat wakil bangsa “ pada tempat yang harmonis dan bukan oportunis.

FENOMENA ALAM BENGKULU MENGUCAPKAN SELAMAT DATANG

Peristiwa ini terjadi pada pukul 18.20 WIB, tepatnya pada tanggal 13 September 2007 kali ini.

Sesampai di depan kost, rasa lelah dan pikiran yang tertuju pada “besok puasa pertama di bulan ramadhan”. Baru saja mengeluarkan kunci rumah untuk membuka pintu, kemudian tiba-tiba pikiran cuy (penulis/aku) seketika tersadarkan dan buyar begitu saja dengan teriakan-teriakan “gempa.....!,gempa…..!”. langsung cuy tersentak melihat orang-orang sudah berlarian keluar dari rumah mereka masing-masing. Suara-suara tangis anak-anak dan seorang ibu yang sedang menggendong bayinya, yang kemudian langsung saja memegang tangan cuy, dan berkata “tolong-tolong, aku takut…”. Cuy berusaha menenangkan diri dan menenangkan ibu tersebut. Pikiran cuy pun melayang kembali melihat kepanikan, ketakutan, teriakan, tangisan, hilir mudiknya orang-orang yang berusaha mempersiapkan peralatan dan kebutuhan ala kadarnya untuk dibawa, dan belum tahu tujuannya kemana. Di saat bersamaan dengan goncangan gempa tersebut (7,9 scala ritcher), tepat dimata cuy tembok salah satu rumahpun roboh dan terlihat pula keluarga rumah itu yang baru saja mau mandi secepatnya menyelamatkan diri menuju ke jalan yang ditubuhnya hanya memakai handuk dan sarung saja.

Selagi proses bencana berlangsung cuy mencoba masuk kerumah dan menyelamatkan beberapa berkas yang berisi ijazah, sertifikat, dan lainnya, pakaian 1 stel dan cuy masukan ke dalam sebuah tas gendong, kemudian cuy sempat mengganti pakaian dan mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat maghrib yang waktunya bertepatan dengan goncangan tersebut. Cuy pun langsung kemasjid dan disekeliling cuy tampak orang-orang yang searah dengan cuy menuju lapangan sepak bola yang tak jauh dari masjid, sesampainya di sana banyak orang sudah berkumpul di lapangan tersebut dengan kecemasan dan kepanikan yang luar biasa dan semakin bertambah. Cuypun baru pertama kali ini menyaksikan hal yang luar biasa seperti ini.

Cuy kemudian memasuki masjid dan menjalankan sholat berjamaah, setiap orang yang ada di masjid menadahkan tangan (berdo’a) agar diberikan keselamatan dari bencana ini, itu terdengan jelas ditelinga cuy. Setelah sholat cuy kembali ke lapangan bola dan terlihat orang-orangpun bertambah banyak mengungsi disitu, kemudian tak lama disitu, walaupun goncangan gempa yang sudah tidak ada lagi, namun orang-orang kahwatir dan cemas dengan adanya Tsunami. Terdengar dari ponsel seorang penduduk yang digunakan untuk mendengar informasi dari radio RRI, “gempa 79,5 SR, air naik 50 cm”. cuypun berjalan kembali ingin melihat di daerah lainnya. Cuy menuju kearah bentiring, semua orang berbondong-bondong menuju ke arah yang sama yaitu tuguhiu (dataran tinggi) karena menurut mereka tsunami tidak akan sampai disana. Ada yang berjalan berkelompok-kelompok, dengan motor, mobil, truk, pokoknya dengan kepanikan yang ramai sekali.

Disepanjang jalan terlihat orang-orang yang masih tetap menunggu, namun kebanyakan terus melakukan perjalanannya. Seketika ada orang yang mengatakan “air laut sudah naik…..!”, melalui telepon genggamnya, semua orangpun bertambah panik dan cemas dan menambah kecepatan mereka untuk menjauhi jarak air laut. Transportasi angkutanpun hilir mudik, dengan listrik yang tidak berfungsi, semua cahaya lampupun tak berfungsi, poselpun tidak dapat digunakan untuk menghubungi oran-orang lain, karena gangguan sinyal.

Di perjalanan cuy menerima beberapa sms dari keluarga cuy, mereka menanyakan keadaan cuy, karena mereka melihat di televisi kejadian di Bengkulu, kebetulan keluarga cuy berada di Lampung dan Jakarta. Namun cuy tidak bisa membalasnya, akhirnya orang tua cuy menghubungi dan cuy ceritakan betapa paniknya orang-orang disini. Memang ternyata terbayang oleh cuy trauma penduduk Indonesia terhadap peristiwa di Aceh, apalagi Bengkulu terkenal dengan rawan bencananya, khususnya gempa sudah tidak asing lagi bagi orang Bengkulu. Cuy tidak dapat membayangkan bahwa setiap orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing tanpa memperdulikan orang lain.

Informasi yang diterimapun lambat untuk mejelaskan kepada masyarakat mengenai peristiwa ini. Bahkan berbagai macam informasi yang sulit sekali dipercayai oleh masyarakat, ada yang bilang air laut semakin naik, tsunami, gempa lebih besar akan menyusul, dsb. Dengan kondisi masyarakat kita yang dapat dikatakan kurang rasional untuk menganalisa terlebih dahulu info yang didapat. Goncangan susulanpun terasa oleh kemabali, tak berapa lama cuy kembali pulang ke kostan, menenangkan diri, tiba-tiba ada orang berteriak kembali “gempa……!”, cuypun terpaksa tersentak dan langsung saja keluar dari kostan menuju jalan. Dapat dipastikan tidak ada yang tenang dan dapat beristirahat yang lelap malam ini. Masyarakat Bengkulu bukannya khawatir dengan gempa, hal itu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka, bahkan di tahun-tahun sebelumnya masih terekam kejadian-kejadian gempa pada tahun 2001 dan 2004, namun yang dikhawatirkan adalah isu tsunami yang membuat trauma melanda Aceh tahun 2006 yang lalu.

Mendengar air laut naik sedikit saja masyarakat meras cemas, wajar saja Bengkulu dekat sekali dengan laut. Belum lagi Bengkulu dikelilingi oleh wilayah pegunungan, jadi fenomena alam di Bengkulu yang menimbulkan gempa itu sudah pasti terjadi, namun yang menjadi pertanyaan adalah kemana ilmu pengetahuan, alat tekhnologi, informasi, manajemen antisipasi akan peristiwa ini. Artinya sosialisasi dan informasi tentang pengetahuan gempa dan tsunami, bukan tentang isu bencananya. Bagaimana dengan manajemen informasi dan kominikasi yang cepat untuk peristiwa tersebut ?, kemudian bagaimana dengan manajemen dalam hal mengatasi kepanikan yang berlebihan dari masyarakat ? serta apa yang mesti dilakukan masyarakat saat peristiwa itu terjadi ? bukankan mencegah lebih baik, akhirnya timbul asumsi bahwa sistem penanganan fenomena gempa dan tsunami lah yang kiranya perlu dibuat dan diperbaiki khususnya di daerah Bengkulu. Sehingga masyarakat kita bisa sejahtera dalam mengatasi kepanikan, kahwatiran yang berlebihan, agar masyarakat bisa berfikir baru bertindak, tenang dalam menghadapi persoalan, siap sedia payung sebelum hujan. Semua bisa diatasi bila kita dapat memahami, mengetahui, mengenali dan mengatasi dengan tenang.

Untuk warga yang baru saja menentap di Bengkulu, “fenomena alam Bengkulu mengucapkan selamat datang”, mudah-mudahan bisa mengatasinya karena biasa menghadapinya.

Sumbang saran bila terjadi gempa :

Þ Siapkan alat tempur (survival kid), yakni barang-barang penting dan sesuai kebutuhan seperti, berkas penting untuk masa depan, duit, alat elektronik yang mudah dibawa, dompet yang berisi identitas, dipisahkan dan diposisikan di tempat yang mudah disiapkan, dsb.

Þ Goncangan sedikit itu biasa dan enjoy, goncangan sedang siaga, goncangan yang bikin goyang, apapun itu segera lindungi kepala dan wajah yang tampan dan secepatnya ke tempat yang luas dan lapang.

Þ Kenali daerah-daerah Bengkulu yang strategis dan tepat untuk berdoa seperti, lapangan bola kaki (makanya buat banyak-banyak lapangan bola di Bengkulu ), dataran tinggi (biasanya masyarakat Bengkulu menuju arah Tahura), gedung-gedung yang terbukti kokoh dan sanggup menahan goncangan dan terjangan tsunami, dsb.

Þ Jangan sendirian dan cari teman (biar tidak merasa sedih sendiri)

Þ Lihat-lihat sekeliling bila ada orang yang membutuhkan pertolongan.

Þ Cek dan ricek rumah, kalau bisa listrik di matikan dan yang membahayakan seperti, api dan jangan lupa kunci pintu rapat-rapat.

Þ Barang yang bersangkutan dengan keamanan dan kenyamanan rumah di letakkan di tempat yang mudah di kenal misal, gembok, dsb

Þ Cepat-cepat cari informasi yang bisa dipercaya, misal, radio, televisi, dsb

Þ Belajar dari pengalaman

Þ Biasanya 2 jam setelah gempa , tsunami tidak berpotensi.

Þ Menghibur orang lebih baik daripada menambah kepanikan mereka

Þ Bersosialisasi dengan teangga (menjalin silaturahmi), tetangga dan orang terdekat itulah yang pertama bisa meringankan dan menjadi informasi melalui teriakan peringatan mereka

Tulisan ini tak lain hanya untuk sekedar berbagi pengalaman yang ditujukan pada setiap orang yang baru saja menjadi warga Bengkulu. Semoga bermanfaat…………….?, terima kasih.

Kegelisahan Menyiapkan Budaya Tandingan

Fenomena gelombang besar budaya luar (asing) tergolong mengejutkan, karena tadinya dikemas dari jalur perdagangan. Namun kemudian berubah menjadi kekuatan politik suatu negara asing yang kuat dalam pengaruhnya. Fenomena tersebut dapat dogolongkan juga lebih tajam arusnya lewat media elektronik (Televisi, radio, kaset, film dan internet) maupun media cetak (majalah dan koran) dengan rutinitas mengarahkan gaya hidup mereka pada kita. Akhirnya kemampuan adaptasi kita yang mungkin rendah, sehingga dari dulu kita belum sempat membuat persiapan budaya tandingan untuk mengatasi tantangan kegelisahan cultural masyarakat yang ada di desa-desa yang pada umumnya relatif homogen. Namun, bukan berarti kita menjadi orang yang hidup secara mengecilkan diri dan mengekang diri tanpa melihat kenyataan hidup kekinian, artinya menurut kajian filsafatnya, sikap kita bukan berani mengalah untuk menang melainkan adanya usaha untuk menang dalam pertarungan hidup yang serba keras dan tegang seolah-olah kita siap dengan semua bentuk persaingan. Sedangkan kenyataan yang ada sekarang, generasi muda kita ternyata sangat materialistik. Seperti pepatah yang berbunyi “ kita punya raga tapi tidak punya sukma” , artinya seperti mayat yang mudah sekali diatur, disetir dan dibungkus oleh pakaian budaya orang yang menguasai mayat tersebut.

Kondisi yang ada sekarang ini generasi kita dicekoki cara berfikir dan gaya hidup orang luar tanpa dibentengi dengan kearifan yang bernilai baik. Kita perlu membentengi jalan budaya untuk dikuasai. Kita perlu menghidupkan budaya perlawanan untuk mengurangi masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kearifan, karena kita tidak ingin menjadi saya adalah saya, melainkan saya adalah orang Indonesia dan saya adalah orang yang beragama. Sudah banyak “Pak turut” di lingkungan kita. Bukan berarti kita tidak boleh meniru yang baik dan benar serta membuat kemajuan tetapi kita mesti mempunyai nilai-nilai yang bukan hanya sebatas meniru, kita juga bisa tambahi dan temukan sesuatu yang baru. Artinya budaya luar perlu dibatasi dengan kepositifan dan kesesuaian kearifan dengan dikombinasikan, selanjutnya mengembangkan budaya baru yang modern dan berbasis kesalehan kualitas sumber daya manusianya.

Beberapa waktu yang lalu penulis menyimak disalah satu acara TV swasta, yang membahas topik perkembangan peradaban zaman. Kita ketahui, bahwa gelombang pertama peradaban zaman kita adalah agraris yang masih ada di daerah-daerah tertinggal dan saat ini sedang berhadapan dengan peradaban industri yang dipandang oleh masyarakat kita merupakan hal yang menakjubkan, sehingga tidak mau mengakui bahwa hal tersebut jauh dari jangkauan daya nalar mereka. Disisi lain , saat ini masyarakat di perkotaan sedang digelisahkan oleh datangnya peradaban informatika yang serba berbau kecanggihan penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Tantangan demi tantangan dengan resiko yang mesti kita hadapi yakni, jika ketinggalan kita akan terlindas roda zaman yang berputar dengan cepat. Belum lagi di masa depan dan kitapun akan dibuat gelisah sehingga harus siap dengan peradaban yang dinamakan gelombang keempat yakni abad kreativitas.

Benturan peradaban inipun nyata, dimana terdapat ancaman yang akan menimbulkan berbagai macam masalah sosial di lingkungan sekitar kita. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk membebaskan kita agar dapat beradaptasi adalah pendidikan. Namun dapat dibayangkan biaya pendidikan yang kita ketahui sangatlah membutuhkan biaya yang mahal. Betapapun jalan ini menjadi salah satu harapan untuk mempersiapkan SDM yang canggih sekaligus tangguh berhadapan dengan tuntutan perubahan zaman tersebut. Selanjutnya yang menjadi harapan penting lagi adalah kesalehan, baik kesalehan ritual maupun kesalehan sosial yang menghendaki umat bisa menguasai IPTEK sekaligus tetap menjadi orang saleh.

Inilah jalan kebangkitan untuk menjawab kebutuhan hidup hari ini meskipun sudah ada penyediaan pendidikan, namun tetap memiliki kekurangan tersendiri dan itu bisa dilihat pada lulusannya yang telah memasuki sektor lapangan kerja. Kenyataan yang serba tanggung bahwa kebutuhan pengembangan SDM yang utuh dan lengkap seperti yang dikehendaki dengan keseimbangan pendidikan ilmu modern yang sesuai dengan zaman dan penguasaan ilmu-ilmu agama, siap dalam peradaban, rancangan pendidikan buat umat ini sebaiknya kita serahkan di tangan pemerintah, selain kita juga ikut berpartisipasi sebagai tanggung jawab bersama. Hal ini tergolong kebutuhan yang membutuhkan biaya yang seperti tadi bahwa ongkos pendidikan yang mahal, maka perlukah kegelisahan kita teruskan?



MEMBACA DAN BERTANYA AGENDA PEMBANGUNAN DAERAH

Membicarakan tentang perekonomian rakyat saat ini, rakyat sendiri sudah dapat menilai secara kritis dan bisa menganalisa apa yang terjadi. Berbagai keganjilan dan kejanggalan yang membebani anggaran daerah sudah seharusnya dapat kita kaji pengalokasiannya, apakah alokasi dana anggaran memang digunakan dan dimanfaatkan bagi pembangunan untuk kesejahteraan rakyat atau digunakan dan dimanfaatkan untuk pembangunan yang tidak prioritas dan tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat.

  • Menilai Bingkai Pembangunan Daerah

Bingkai Provinsi Bengkulu saat ini terlihat pada pembangunan ekonomi dan industrialisasi yang tampaknya merupakan jalan keluar yang tidak dapat ditolak oleh daerah kita. Saya membaca apa memang ada kemajuan melalui perubahan yang sedang berlangsung di daerah kita ini. Dari data-data BPS tahun 2006/2007, dari Bank Indonesia tahun 2007/2008. didapatkan beberapa keterangan yang perlu kiranya kita kaji dan pertanyakan. Dimulai dari proyek-poyek multiyears yang saat ini mengalami permasalahan di karenakan pinjaman yang berbentuk hutang dan lebih banyak proyek tersebut di anggarkan untuk pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana daerah. Pinjaman ini jelas akan membebani anggaran karena harus dibayar oleh pemerintah, apalagi dengan bunganya yang besar.

Kenaikan ekspor sawit dan batu bara sampai 15 %, kenaikan ini disebabkan adanya trend kenaikan ekspor barang perdagangan lintas negara bukan oleh kebijakan pemerintah daerah, sedangkan mayoritas masyarakat Bengkulu berkebun karet, ini nasib baik atau buruk bagi daerah kita, komoditas karet malah bermasalah dan minus. Kenaikan pertumbuhan konsumsi hingga sebesar 10,68 % dan 8,81%, artinya belanja (pengeluaran) biaya hidup masyarakat dan belanja aparatur pemerintahan (gaji PNS). Meningkatnya konsumsi dapat dilihat dari meningkatnya kebutuhan masyarakat dan kenaikan harga barang-barang kebutuhan, sedangkan bagaimana dengan pendapatan (income) masyarakat dan pemerintah. Hal ini seperti pepatah ‘besar pasak daripada tiang’, bagaimana dengan pengaturan dan kebijakan yang berasal dari pemerintah daerah. Bila dilihat investasi di daerah kita yang ada hanya investasi sifatnya tambahan oleh orang-orang local, artinya memang usaha-usaha yang dijalankan oleh masyarakat sendiri, bukan dari bantuan pemerintah seperti, masyarakat berdagang, bangunan ruko dan masyarakat membuka usaha dan warung dagang sendiri oleh pengusaha local.

Dari segi pertanian, perkebunan kopi sebagai komoditi unggulan di daerah Bengkulu dengan luas lahan 122. 070 ha dan produksi 73.110,8 ton. Karet dengan luas lahan 82.860 ha dan dengan produksi 76.356.09 ton di Kabupaten-kabupaten, kelapa dengan kawasan lahan produksi 13.610 ha dan produksinya 14.405,55 ton dan komoditas lainnya seperti, kakao, kayu manis, aren, kemiri, cengkeh, nilam, kapuk dan vanili yang tersebar di bebrapa Kabupaten Provinsi Bengkulu. Produksi dari perkebunan diatas tersebut mulai mengalami penurunan. Sedangkan potensi areal perkebunan yang belum tergarap 460.214,17 ha, yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian, apa daya pemerintah untuk mengambil peluang tersebut ?.

Kita ketahui bahwa Indonesia termasuk salah satu daftar akan terjadi krisis pangan oleh IMF, bila kita tidak dapat mengelola secara baik pertanian kita, artinya perlu kebijakan dan tindakan antisipasi terhadap krisis pangan yang bila memang akan terjadi di daerah kitapula secara nasional. Pemerintah seharusnya membantu para petani untuk meningkatkan produksinya dan merangsang masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur untuk lebih produktif, bukan malah merangsang masyarakat untuk berkebun sawit mengikuti keinginan pasar, yang sewaktu-waktu bisa berubah. Selain itu pemerintah disibukkan dengan pengembangan industri dan jasa pariwisata yang lahannya tidak begitu besar di daerah kita bila dibandingkan dengan besar luasan lahan pertanian yang digunakan masyarakat sebagai mata pencaharian. Memang pengembangan pariwisata menjanjikan bagi daerah, namun kita lihat potensi daerah yang mayoritas masyarkat kita adalah bekerja pada sector pertanian. Sector inilah semestinya menjadi pusat perhatian pemerintah untuk dibangun dan dikembangkan, sebagai perekonomian riil bagi masyarakat pada umumnya.

Soetomo (1995) mengatakan bahwa semestinya pembangunan masyarakat tidak hanya menekankan perhatiannya pada bagaimana memperkenalkan dan mendorong perubahan agar lebih cepat terjadi, akan tetapi juga memberikan perhatian pada dampak perubahan tersebut, termasuk dampak negative. Untuk itu studi tentang berbagai usaha pendekatan melalui respon masyarakat terhadap berbagai konsep kebijakan yang dikenai perubahan tersebut akan memberikan sumbangsih dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan side effect negative, baik melalui usaha preventif maupun rehabilitatif.

Masih tingginya angka pengangguran, meningkatnya angka kemiskinan dan kasus-kasus yang mengarah pada tindakan korupsi yang ditemukan oleh BPK setiap tahunnya meningkat yakni tahun 2004 sebanyak 29 kasus, tahun 2005 sebanyak 69 kasus dan tahun 2006 sebanyak 95 kasus, bagaiman di tahun 2007 ?. Parahnya lagi banyak pejabat kita yang seolah-olah tidak merasa bersalah terhadap tindakan yang dilakukannya. Kasus korupsi yang merupakan penyakit para pejabat kita hingga saat ini ‘nyaris tak terdengar’ kembali di telinga kita seperti, kasus Dispenda yang mengindikasikan pemimpin tertinggi daerah kita terlibat. Baru-baru ini dana yang diperuntukkan bagi masyarakat yang terkena musibah gempapun bisa-bisanya di korupsi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Saya pernah membaca di Koran nasional Pelita (2008) bahwa 300 desa yang ada di Provinsi Bengkulu saat ini masih belum dialiri oleh listrik, selain itu menurut data dari Kimpraswil kota Bengkulu (2007) bahwa ada 15 Kelurahan yang termasuk pemukiman kumuh. Artinya mereka masih diselimuti dengan keterbelakangan dan kemiskinan. Tahun 2007 sebanyak 183.931 KK atau 44,9% warga di provinsi Bengkulu hidup dalam kemiskinan. Hingga tahun 2006 mereka masih terbatas dalam mengakses alat produksi seperti pertanian, pelayanan untuk modal usaha, keterampilan, sarana dan prasarana, hunian, pendidikan, air bersih dan pelayanan kesehatan.

Pembangunan sepertinya tidak mengalir ke golongan miskin, padahal mereka inilah yang paling membutuhkan perubahan kehidupan. Artinya yang seharusnya menjadi landasan pokok dalam perencanaan pembangunan adalah tidak diabaikannya jumlah orang yang masih menderita kemiskinan, hasil pembangunan yang bisa menyentuh bagian terbesar anggota masyarakat, kebutuhan akan pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.

  • Pembangunan Belum Berpihak Kepada Rakyat Kecil

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk kesejahteraan masyarakat, dengan kata lain meningkatkan pendapatan masyarakat, kesadaran untuk berusaha, mandiri, terpenuhinya kebutuhan baik material dan sprituil dalam rangka menuju kehidupan yang lebih baik. Bila kita baca kebutuhan masyarakat saat ini semakin beragam dan meningkat disisi permintaan sedangkan barang-barang kebutuhan tersebut mengalami kenaikan harga. Artinya sesuaikah pendapatan yang diperoleh masyarakat dengan pengeluaran yang meliputi belanja terhadap suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan. Kita ketahui bahwa perhitungan pengeluaran rumah tangga per-bulan seperti, makan, air, listrik, telp, sewa rumah, ongkos perjalanan, biaya sekolah, biaya berobat, pakaian, sumbangan, danlainnya. Belum lagi semua jenis pengeluaran mengalami peningkatan, ditambah dengan hutang- hutang atau pinjaman masyarkat yang mesti dibayar. Kenaikan harga barang dan juga bertambahnya kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitasnya semenjak adanya pembangunan, ongkos perjalanan meningkat akibat kenaikan BBM, biaya sekolah meningkat, mulai dari peralatan, spp, buku-buku ditambah lagi ongkos. Meningkatnya biaya sekolah, menyebabkan masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan dan terhambat.

Bila kita baca dan pertanyakan kembali minimnya anggaran pendidikan, padahal masih banyak masyarkat kita yang tergolong buta pendidikan karena tidak memiliki akses dan biaya untuk mengenyam bangku pendidikan, begitupula dengan fasilitas pendidikan yang sudah kadarluasa, ketinggalan zaman dan kurang memenuhi daya saing.

Untuk itu perlu kiranya pemerintah daerah kita memiliki strategi pembangunan ekonomi yang diperuntukkan bagi masyarakat seluas-luasnya. Kebijakan, peraturan dan anggaran pembangunan mesti terpusat pada keberpihakkan pada rakyat, bukan keberpihakkan pada kekuasaan penguasa dan kebesaran pemodal. Sebagian besar penduduk daerah Bengkulu hidup di sector penghasil barang-barag industri primer, masalahnya ada pada produktivitas yang relative rendah yang mempengaruhi pendapatan petani. Curahan perhatian yang besar diperlukan dari pemerintah daerah terhadap sector ini, artinya diperlukan berbagai daya dan upaya yang lebih. Sedangkan para politisi dan pejabat kita yang serius berbicara lantang mengenai perubahan dan pembangunan untuk rakyat, akan tetapi sebenarnya mereka tidak tahu apa-apa tentang bagaimana cara melaksanakannya. Rancangan pembangunan yang dilaksanakan hendaknya tidak kontradiktif terhadap proses tata laksana dan tujuan akhir yang hendak dicapai. Pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila berakibat positif pada kehidupan masyarakat seperti berkurangnya angka kemiskinan, berkurangnya angka pengangguran terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan serta hal lain yang berkaitan dengan hajat hidup masyarkat. Tanpa mengatasi hal tersebut dan melihat keunggulan potensi yang seharusnya di kembangkan (sektor pertanian) pembangunan daerah kita tidak akan berjalan optimal.